Senin, 09 Agustus 2010
12 Tahun Berkarya, sabet Satya Lencana Pembangunan
Hasil kerjanya yang tak kenal menyerah kini membuahkan hasil. Satya Lencana Pembangunan pun disematkan Presiden RI padanya, pada puncak peringatan Hari Koperasi di Surabaya 15 Juli lalu.
Apresiasi tertinggi itu memang pantas diberikan padanya. Mengigat, kurang dari 10 tahun KSP Nasari yang dipimpinnya telah berkembang pesat, menjangkau hampir ke seluruh wilayah Indonesia. Melayani lebih 80 ribu anggota/calon anggota yang semuanya adalah pensiunan.
Perkembangan perputaran modal (turnover) yang terus meningkat setiap tahun ikut mempengaruhi pergerakan ekonomi di lapisan akar rumput. Pada periode 2008 misalnya, dana yang digulirkan pada anggota mencapai Rp 296 miliar lebih dan naik pesat pada tahun berikutnya menjadi Rp 373,129 miliar. Demikian total aset juga menanjak pada tahun buku 2009 sebesar Rp 191,439 miliar atau naik sekitar Rp 30 miliar dari tahun sebelumnya yang Rp 161,655 miliar.
Atas kemampuan likuiditasnya itu, KSP Nasari berhasil mengoperasionalkan kegiatan pelayanan pada anggota/calon anggota melalui 1 kantor pusat di Semarang, Jawa Tengah, 10 kantor cabang utama di 10 ibu kota provinsi dan 13 kantor cabang pembantu yang membawahi loket pelayanan di sekitar 240 kabupaten/kota dengan melibatkan sekitar 833 tenaga kerja.
Barangkali prestasi inilah yang dianggap membawa manfaat besar oleh pihak-pihak lain, terutama pemerintah sehingga merasa ikut terbantu atas pogram-programnya yakni mengentaskan kemiskinan dan pengangguran. Selanjutnya merasa perlu memberikan penghargaan tersebut sebagai lambang supremasi atas dedikasinya. Juga diharapkan makin menambah motivasi bagi penerimanya untuk terus berkarya lebih maju lagi.
Meski dalam percakapannya dengan Info UKM belum lama ini, Sahala panggabean menuturkan sepanjang menekuni kegiatannya, tidak bertujuan untuk memperoleh sebuah penghargaan tertinggi. Meski, setelah menggenggam buah manis atas kiprahnya itu, tukas mantan Kepala Cabang Bank BTPN DI Yogyakarta ini sangat merasa tersanjung dan tak henti mengucapkan terima kasih pada pemerintah, yang telah mensuport dan memperhatikan kinerjanya selama ini. “Tujuan saya adalah agar tetap mempunyai kegiatan setelah pensiun, sehingga kebutuhan keluarga akan keuangan dapat tertutupi. Lebih besarnya lagi ya ingin membantu orang lain. Ternyata Tuhan membimbing langkah saya dalam mengembangkan koperasi hingga seperti sekarang. Untuk membalas rasa syukur ini, saya akan berusaha meningkatkan kinerja lebih baik lagi” ujarnya semangat.
Berkali-kali dalam percakapannya itu ia menegaskan bahwa tujuan utamanya memang semata-mata ingin menciptakan kesibukan pasca masa tugasnya di bank tempatnya mengabdi selesai. Pertimbanganya menurut pria kelahiran Dolok Sanggul, 3 April 1950 ini, agar tidak seperti para senior yang terlihat lesu pasca purna tugas. Tak sedikit pula yang setelah lepas dari aktivitas dan rutinitas kantor itu, kondisi badanya mengendur sehingga belum lama menikmati pensiun bermacam penyakit merorongnya, bahkan berita meninggal dunia bergilir terdengar karena beragam penyakit.
Adanya warning itulah, ayah dari Chandra Vokav, Frans Meroga, Ricordiaz dan Riny Tatty ini selalu berupaya menjaga kebugaran dengan beraktivitas. Ia juga bertekad tidak akan pensiun selagi kemampuan, tenaga, pikiran dan kemauan kerja masih bisa tercurahkan untuk kegiatan yang bermanfaat.
Itu sebabnya, jauh sebelum masa pensiun tiba, pria asal kabupaten Tapanuli Utara (sekarang Humbang Hansudutan) Sumut ini segera merealisasikan niatnya dengan mendirikan koperasi pada 31 Agustus 1998. Dipilihnya lembaga ekonomi pro rakyat ini diakui akan mampu berkembang dan bermanfaat bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya, dengan catatan asal dikelola profesional layaknya perbankan.
Sebelum niatnya itu terwujud, alumni FE Universitas Trisakti 1976 ini telah melakukan analisa dan observasi tentang baik buruknya koperasi. Pria yang mengakui istrinya Tetty Marganda Situmorag mampu berperan multi fungsi, baik sebagai sekertaris pribadi, mengasuh anak-anaknya, sahabat dan rekan kerja ini, juga sudah banyak melihat contoh orang sukses pasca pensiun dari bermacam bidang. Menurut bankir yang pengabdiannya di perbankan lebih 30 tahun ini, juga menganggap bukan harus modal besar. Hanya, jika cupet konsekuensinya harus kerja keras lagi. “Seperti saya yang modalnya pas-pasan tentu harus berani berjibaku untuk mengangkat derajat pasca pensiun itu. Tentunya, sesuai keahlian saya di bidang jasa keuangan, dan saya melihat koperasi itu yang paling pas. Modalnya tidak harus besar karena bisa kolektif tetapi kalau berkembang mampu mendatangkan kesejahteraan yang besar,” ujarnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar