Meniru hal yang baik hasilnya pasti apik dan dampaknya pun bakal baik pula. Salah satu konsep yang dapat itiru dan mungkin berkembang adalah konsep OVOP. Pola ini telah berhasil menciptakan masyarakat di Provinsi Oita, Jepang menuai kemakmuran. Jika kita bisa menirunya, maka cita-cita mengangkat derajat petani bukan isapan jempol.
Dewasa ini OVOP telah popular dikembangkan negara-negara di dunia terutama yang memiliki lahan pertanian subur. Tetapi kita sependapat bahwa gerakan OVOP, awalnya dicetuskan oleh Morihiko Hiramatsu saat menjabat Gubernur Provinsi Oita, Pulau Kyushu, Jepang. Gerakan tersebut ditujukan untuk mengembangkan produk yang diterima global dengan tetap memberikan keistimewaan pada invensi nilai tambah lokal, serta mendorong semangat kemandirian masyarakat.
Kini, konsep OVOP telah diadopsi di berbagai belahan dunia dengan nama yang berbeda-beda tetapi maknanya sama. Misalnya China bernama One Factory One Product yakni untuk sentra unggulan kerajinan kayu, One Barangay One Product (Philipina), Satu Kampung Satu Produk Movement (Malaysia), One Tambon One Product Movement (Thailand) untuk pengembangan hasil laut, One Village One Product a Day (USA) dan One Village One Product (Malawi) dengan produk utama jamur.
Khusus dengan produk dalam negeri menurut konsultan brand dan desainer produk Irvan A. Noe’man, menjadi motor yang memperkenalkan semangat baru OVOP. Dengan sentuhan trend warna, tekstur dan material yang menjadi trend masa depan, produk lokal ini menjadi relevan dengan tampilan kontemporer tanpa menghilangkan cita rasa lokal.
Selanjutnya setelah produk ini menjadi seksi, langkah berikutnya adalah menciptakan demand yang diciptakan melalui eksposur. Ecommerce menjadi solusi agar produk-produk
ini ide yang cemerlang untuk membangun pertanian dan produk lokal
BalasHapus