Rabu, 14 Juli 2010

Koperasi Berkualitas Kontribusi Entaskan Kemiskinan



Pada akhir periode Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 7,7%. Dampaknya angka kemiskinan dan pengangguran akan menyusut. Salah satu sektor yang berpotensi terhadap pencapaian tersebut adalah koperasi.
Pertumbuhan ekonomi pada 2009 menembus angka 4,5% dan pada 2010 angka ini ditengarai akan naik hingga 1,5%. Sinyal tersebut diperoleh dari Menteri Perekonomian Hatta Rajasa, bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh 6 persen. Hal tersebut diungkapkanya pertengahan Mei lalu di Gedung Dewan Senayan. Parameternya adalah makin meningkatnya konsumsi pemerintah dan swasta pasca disahkannya APBN-P 2010.
Kalau prediksi itu tepat, target itu jelas bisa terlampaui. Apalagi masa kerja KIB jilid II ini masih empat tahun lagi. Bisa dikatakan tidak terlalu sulit mencapai angka yang tinggal 1,7% itu. Dengan memberdayakan satu sektor saja, yakni koperasi sudah tertutup. Apalagi jumlahnya yang besar sesuai data Kementerian Koperasi dan UKM per April 2010 jmencapai 166.155 unit dengan anggota mencapai 27 juta orang.
Angka tersebut merupakan potensi besar untuk berpartisipasi mengentaskan kemiskinan dan menyejahterakan masyarakat. Koperasi diyakini memiliki kemampuan untuk mengurangi kemiskinan, menyerap pengangguran, memperkuat integrasi sosial dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Sangat lazim memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi 7 persen. Dengan demikian dampaknya dapat menurunkan angka kemiskinan sebesar 8-10%, dan mengempiskan pengangguran 5-6 persen pada akhir 2014 mendekati kenyataan.
Menteri Koperasi Syarief Hasan pada acara Rapat Kerja Nasional (Rakenas) Dekopin, pertengahan Mei lalu di Jakarta, menyebutkan jumlah koperasi yang besar itu, seandainya 50% saja yang berkualitas dan jika setiap koperasi menyerap tenaga kerja minimal 3 orang, akan menampung sekitar 240 ribu orang. Jumlah tersebut bisa lebih besar lagi ditambah anggota koperasi yang juga berhasil menjadi pelaku usaha, atas fasilitasi modal yang diberikan koperasinya. “Dengan kondisi demikian berarti satu persen pertumbuhan ekonomi sudah terciptakan,” ujarnya.
Tentu, yang diungkapkan menteri itu masih butuh kerja keras mewujudkannya. Secara kuantitas koperasi yang ditengarai aktif sekitar 60% atau 118.616 koperasi. Sayangnya yang berkualitas masih minim. Untuk itu jika pemerintah ingin mencapai angka pertumbuhan ekonomi yang telah dipatoknya, perlu langkah konkret. Bukan lagi dengan retorika atau seremoni belaka untuk memberdayakan koperasi.
Kementerian Koperasi dan UKM sebagai institusi yang berwenang membina dan memberdayakan, dituntut mempunyai strategi untuk menggebrak peluang agar koperasi tumbuh dan berkembang secara kualitas.
“Kami telah melakukan berbagai langkah dan strategi, salah satunya dengan mencanangkan Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi (Gemaskop) pada akhir April. Dengan melibatkan kaum perempuan lebih intensif lagi bergerak dalam sektor ekonomi,” tandas Menteri Koperasi dan UKM, Syarief Hasan pada wartawan di kantornya belum lama ini.
Menurutnya kaum wanita sebagai pengelola koperasi itu lebih baik kinerjanya dan mampu menunjukan prestasi gemilang. Menteri mecontohkan koperasi-koperasi wanita di Jawa Timur yang berjumlah sekitar 8.000 unit itu rata-rata berkinerja baik.
Dengan kaca mata tersebut, menteri berharap besar jika masyarakat mau menekuni koperasi secara intensif di seluruh Indonesia, target pertumbuhan 5,5% mudah tercapai. “Hanya dengan sinergi dalam melakukan pendampingan, advokasi dan fasilitasi terhadap koperasi akan membawa kebangkitan koperasi di masa mendatang,” tegasnya.
Dengan demikian imbuh menteri, eksistensi koperasi terus berkembang dan target 7,7% pertumbuhan ekonomi pada 2014 itu tercapai. Penyerapan tenaga kerja pada 2014 mampu 5-6% dan kemiskinan pada 2014 turun mencapai 8-10%. SAW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar